Kilas Berita :
Home » » Mentoring dan Jalanan Tanpa Aspal

Mentoring dan Jalanan Tanpa Aspal

Written By PUSKOMDA Priangan Timur on 18 Okt 2012 | 10/18/2012

Dalam Perjalanan Menuju Rumah Rai
Hari ahad 3 Minggu yang lalu merupakan hari yang penuuuh semangat, seperti biasa handbag kecil berisi Al Qur'an dan buku catatan kecil menemani perjalanan untuk mencari "sesuatu" di lingkaran kecil itu. Tapi bagiku Ahad ini menjadi hari yang berbeda dengan sebelum-sebelumnya karena kali ini kisah di kampungku kelak jadi inspirasiku
 
Pukul 12.00 dengan matahari tepat di atas kepala terasa terik, meski begitu cuasa di sini tetap sejuk karena hutan masih terjaga. Sebut saja Aku, Raka, dan Murobbi ku berangkat untuk mentoring yang kali ini bertempat di rumah teman ku sebut saja bernama Rai, memang cukup jauh sekitar 1,5 Jam perjalanan memakai sepeda motor dengan kondisi jalanan yang rusak parah.

Jalan pintas menjadi pilihan untuk cepat sampai tepat waktu, iring-iringan motor yang dipimpin oleh murobbi ku menambah seru selama perjalanan. Tapi, jalan pintas ini bukanlah jalan yang mulus tidak ada aspal yang menempel pada jalan tapi penuh dengan hiasan Batu-batu dan tanah kering berdebu tidak heran jika bertemu dengan tanjakan kami pasti turun dari sepeda motor untuk sama sama mendorong motor agar tetap naik dan melaju.

"Ah, Tadz kok malah jalan ke sini nanti terlambat dan rusak nih motor" teman ku mengeluh. "Eh akh, ana ingin kasih tau antum bahwa di indonesia ini masih ada jalan yang belum selesai sekaligus ana ingin silaturahim dengan masyarakat yang kita lewati" sahut Murobbi ku. Aku pun tersenyum mendengarnya ternyata masih ada yang peduli dan sempat terbesit juga dalam fikiran, benar juga kata temanku kenapa harus capek-capek ngambil jalan pintas ya dan kenapa murobbi ku harus pake motor yang sudah rusak tidak layak ini kan Murobbi ku ada mobil dengan plat merah titipan rakyat itu ??

Memang benar, hampir setiap ketemu dengan masyarakat di jalan, murobbi ku selalu menyapa dengan melambatkan laju motornya atau sebaliknya masyarakat menyapa dengan senyuman. Aku pun jadi teringat perkataan seseorang, jika kita ingin mengetahui karakter sahabat kita ajak dia jalan-jalan ke tempat jauh dan di sinilah aku tahu siapa sahabat saya dan seperti apa saya.

Singkat cerita kami bertiga sampai di rumah Rai, peluk dan ucapan salam menyapa kami dengan segelas air putih lalu kami pun duduk di atas tikar mendong di ruang utama rumah. Lelah pun kami sandarakan pada dinding rumah dari bilik bambu itu, kehangatan papan dari kayu begitu terasa dan kelapangan ruangannya begitu efisien karena rumah Rai ini tidak mempunyai kursi. Sekilas aku teringat kondisi ini akan Rumah Morobbi ku.... Bahkan jika ada yang bertamu ke rumah Murobbi ku, seringkali mereka salah masuk rumah mereka malah masuk ke rumah tetangganya yang mentereng, ya karena sangat sederhananya dari seorang pengemban amanat rakyat ini. Alhamdulillah aku bersyukur mempunyai murobbi seperti ini.

Setelah beberapa menit istirahat dan ngobrol-ngobrol ringan, kami pun memulai mentoring dengan Bacaan Al Qur'an dan mulai mengeluarakan senjatanya, spidol dan papan tulis. Kali ini kami menyimak tentang "Etika Berjamaah" aku masih ingat ini materi ini adalah materi pertama saat aku mengenal mentpring ini. Beberapa saat kemudian datang lah 2 temanku sebutlah Bagus dan mukhtar rumahnya juga jauh sekitar 2 jam memakai motor dari tempat ini mereka luar biasa militansi dan pengorbanannya. 
 
Cepat cepat aku sembunyikan hidangan kerikip singkong kalau ada Bagus pasti habis semua. :D. "Eh, akh antum mau ngapain tenang keripik masih banyak, kan kita sedang bahas "etika berjamaah" jadi makan pun harus berjamaah. haha semua tertawa. 
 
Tak terasa waktu ashar pun tiba. Mentoring dipending dulu dengan shalat ashar berjamaah. Tak terasa keripik singkongnya habis, pertemuan kali ini pun diakhiri kami pun bersalaman untuk berpamitan pulang.

Aku dan Murobbiku pulang bersama berboncengan, murobbi pegang kemudi nya. Sempat aku ragu, dengan motor gini nyampai ga ke rumah yang mana waktu sudah mau magrib. Ditengah perjalanan aku merefleksikan ulang materi tadi dengan kondisi yang aku alami saat ini, ketika Nikmatnya berjamaah hilang tergerus habis karena egoisme dan kepentingan pribadi setiap ada perbedaan aku masih belum dewasa dalam menyikapinya padahal "Keruhnya perbedaan pendapat dalam berjamaah itu, lebih baik dari pada jernihnya pemikiran diri sendiri".

Tapi waktu pulang tidak menempuh lagi perjalanan terjal tadi, aku pun menikmati perjalan pulang sambil sesekali ngobrol dengan Murobbi ku akan kondisi masyarakat yang kami lewati....

| Kiriman Dari Hamba Allah


 

Share this article :

Puskomda FSLDK Priangan Timur

Puskomda FSLDK Priangan Timur
 
Support : Team MCD FSLDK Priangan Timur
Copyright © 2010. FSLDK Priangan Timur - Jawa Barat - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website | Editing by Team MCD
Proudly powered by Blogger